KETIDAKSANTUNAN MAHASISWA TERHADAP PENSYARAH MELALUI PERBUALAN ATAS TALIAN WHATSAPP
Ketidaksantunan merujuk kepada tindakan atau perilaku yang melanggar norma-norma sosial, adab, atau etika dalam komunikasi, yang boleh menimbulkan rasa tidak hormat, ketidakselesaan, atau konflik. Ketidaksantunan adalah bentuk komunikasi yang kasar, tidak sopan, atau menyinggung perasaan, yang mung...
Saved in:
Main Authors: | , , , , , , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Malay |
Published: |
INTERNATIONAL YOUNG SCHOLARS JOURNAL OF LANGUAGES
2024
|
Subjects: | |
Online Access: | http://irep.iium.edu.my/117700/1/IYSJL%20Vol.7%20Dec%202024.pdf http://irep.iium.edu.my/117700/ |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Ketidaksantunan merujuk kepada tindakan atau perilaku yang melanggar norma-norma sosial, adab, atau etika dalam komunikasi, yang boleh menimbulkan rasa tidak hormat,
ketidakselesaan, atau konflik. Ketidaksantunan adalah bentuk komunikasi yang kasar, tidak sopan, atau menyinggung perasaan, yang mungkin berlaku secara lisan, bukan lisan, atau
melalui medium digital seperti media sosial. Ketidaksantunan juga melibatkan elemen kekurangan penghargaan terhadap pandangan atau perasaan orang lain, serta kegagalan untuk
mematuhi peraturan-peraturan komunikasi yang beradab dalam sesuatu masyarakat. Objektif kajian ini adalah untuk memahami ketidaksantunan mahasiswa terhadap pensyarah dalam konteks perbualan atas talian melalui aplikasi Whatsapp berdasarkan teori Ketidaksantunan Culpeper (1996). Kajian ini berbentuk kualitatif dengan menggunakan pendekatan temu bual bersama pensyarah dan tangkap layar perbualan WhatsApp antara mahasiswa dan pensyarah. Data yang diperoleh ini dianalisis menggunakan analisis tematik dan analisis kandungan berdasarkan teori Ketidaksantunan Culpeper (1996) yang telah mengemukakan 5 strategi
ketidaksantunan seperti ketidaksantunan secara langsung, ketidaksantunan positif,
ketidaksantunan negatif, ketidaksantunan sindiran dan menahan kesantunan. Hasil kajian mendapati bahawa ketidaksantunan mahasiswa UIAM Pagoh terhadap pensyarah dalam perbualan WhatsApp memenuhi ciri-ciri ketidaksantunan yang dikemukakan oleh Culpeper
(1996). Justeru, kajian berkaitan ketidaksantunan berbahasa ini akan memberi ilmu pengetahuan baharu kepada masyarakat tentang nilai-nilai ketidaksantunan yang diamalkan
oleh golongan mahasiswa sekali gus membuka mata dan hati masyarakat akan situasi bahasa Melayu yang sering digunakan ketika berkomunikasi. |
---|