Puisi Perjalanan : pengalam penyair Malaysia di Rusia
Sejak dari dulu penyair berkarya oleh aneka pengalaman kehidupan. Jiwa dan minda menyatu diolah lewat kepekaan berhadapan langsung dengan peristiwa serta latar sejarah budaya. Keghairahan berkarya pula makin digoda uji setiap kali melakukan perjalanan atau kembara. Pengalaman perjalanan inilah y...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan
2008
|
Online Access: | http://journalarticle.ukm.my/2996/1/1-Zulkiflee.pdf http://journalarticle.ukm.my/2996/ http://www.ukm.my/e-melayu/ |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Sejak dari dulu penyair berkarya oleh aneka pengalaman kehidupan.
Jiwa dan minda menyatu diolah lewat kepekaan berhadapan langsung
dengan peristiwa serta latar sejarah budaya. Keghairahan berkarya
pula makin digoda uji setiap kali melakukan perjalanan atau kembara.
Pengalaman perjalanan inilah yang begitu terasa dalam jiwa dan minda beberapa
orang penyair mapan Malaysia khususnya ketika berpeluang mengunjungi Negara Rusia.
Penyair Malaysia pertama tiba di Rusia ialah Sasterawan Negara
Usman Awang (1972) diikuti oleh Firdaus Abdullah (1979, 1996), Jihaty Abadi (1988),
Kemala (1989), Muhamad Haji Salleh, Ahmad Razali Yusof, Rahman Shaari (1996).
Kertas kerja ini membataskan kajian terhadap penyair mapan yang telah diakui
sebagai penyair yang kerap melakukan perjalanan sama ada oleh undangan rasmi,
belajar di luar negeri ataupun oleh kesenangan mengembara. Sejauh manakah
perjalanan singkat ke Rusia telah menyerapkan makna sosio-budaya itu di jiwa dan
minda penyair? Pengetahuan sejarah sosio-politik Rusia di dekati secara alami oleh
penyair Malaysia baru terjadi pada tahun 1972. Usman tiba kala musim dingin, dengan
`tubuh yang malu’ diganggu rasa mahalnya sebuah senyuman. Keterharuan Kemala
menyatukan rindu Nusantara, kala dia mengunjungi pusara Utuy Tatang Sontani.
Ada `lagu batin pedih kasih’ di jiwa Kemala, serta hormat kagum Muhammad Haji
Salleh terhadap `negara besar kerana mengenal diri’. Sorotan pengalaman ilmu dan
sejarah begitu tersimpul dalam sukma penyair Malaysia, sehingga terjalin
persahabatan kasih budaya. |
---|